Review Lengkap Xiaomi Amazfit BIP
Ceritanya ngetes review produk, sekaligus mempublish dokumentasi lama yang pernah disimpan di laptop. Bukan ngiklan, apalagi titipan. Biar gak bosan bahas codingan terus haha.. Meski yang direview sekarang bukan produk baru, malah terkesan basi sudah terlalu banyak yang mereviewnya. Siapa tau juga, ada yang masih pengen beli produk ini ditahun ini, atau beli varian terbarunya.
Tulisan ini patut-patut sangat dijadikan referensi karena benar-benar diexplorasi jam tangannya gak sekadar pakai.
Ini beneran review pengguna, bukan yang sekadar pakai seminggu dua minggu, apalagi cuma unboxing kemudian impresi pertama pakai dengan membandingkan specs hitam di atas putih.
Saya pakai Amazfit BIP terbilang cukup lama. Sampai terakhir pensiun memakainya di akhir tahun 2019 kemarin. 24 jam dipakai, segala aktivitas sampai tidur pun. Meski sesekali dilepas juga, biar gak gatal atau iritasi kulit.
Sangat sering dilihat, kalau sedang menemani olahraga (running). Atau buat ngukur perkiraan kalori terbakar, semangat diet. Sampai dibawa buat hiking juga.
Tulisan ini sebenarnya sudah dibuat rangkumannya pada bulan Desember 2019, tapi baru dipublish sekarang lantaran si jekyll sudah bisa bersahabat kembali.
Yuk, mulai..
Isi Box
Isinya simple. Jamnya, charger usb docking, dus, dan kertas-kertas.
Awal Pakai
Tidak enaknya produk xiaomi, terutama yang direview ini, adalah harus konek internet dan terhubung dengan smartwatch. Ga bisa nyala terus langsung dipakai.
Install aplikasi Mi Fit atau Huami Amazfit, nyalakan bluetooth di handphone dan pairing. Proses akan dipandu tinggal ngikuti saja. Setelah konek akan langsung update firmware.
Update firmware juga tidak ada pilihan, tau-tau diproses aja. Ini lumayan sangat nyebelin. Kalau pas lagi santai sih gak apa-apa, tapi pas lagi mau lari dan di konekkan smartphone.. eit, ada proses update. Lama, bisa 15 menit. Nunda aktivitas? Lumayan merusak mood hehe..
Tidak support multi gadget. Jadi 1 smartwatch hanya bisa disambungkan ke 1 smartphone.
Fitur
Yang paling dinikmati, tentu saja adalah step counter. Alias penghitung langkah.
Berikutnya adalah deteksi detak jantung. Meski rasanya terlalu under rate hasilnya, alias kurang mendekati realitas.
Selanjutnya pendeteksi tidur. Seberapa lama pulasnya. Ini lumayan jadi hiburan tersendiri hehe..
Yang aku pakai banget dan bermanfaat, tentu saja fitur tracking sportnya. Yakni olahraga running.
Paling bagus menurutku adalah analisis sistem di aplikasinya, yang cukup detail dan tampilan yang cantik. Baik Mi Fit atau Huami Amazfit sama dalam hal report nya.
Sementara fitur-fitur lain, seperti notif (call,SMS,..) tidak aku butuhkan. Lebih kerasa menganggu kalau diaktifkan hehe.
Konektivitas
Mi Fit bisa terhubung dengan Google Fit, sedangkan Huami Amazfit terhubung dengan Strava.
Jadi, jika teman-teman ingin menggunakan Smartwatch ini ingin terhubung dengan Strava, guanakanlah aplikasi Amazfit. Tapi tidak bisa keduanya, kecuali diinstall barengan. Buang-buang resource banget kalau diinstall keduanya yak.
Update: pakai Huami Amazfit sudah bisa konek keduanya, strava dan google fit.
Sayangnya, hanya 2 jenis aplikasi itu saja yang di support. Selain Strava yang sering aku pakai, biasanya juga pakai Endomondo.
Strava mempunyai komunitas (grup, fly by, dst) dan challange tropi banyak, plus deteksi umur sepatu. Sedangkan Endomondo tampilannya lebih nyaman dilihat dan analisis.
Untuk mengakali biar hasil workout bisa tampil di Endomondo, harus di export/import datanya. Saya pakai aplikasi Mi Fit yang sudah di modifikasi, yakni Mi Fit TCX Export.
Aplikasi Mi Fit TCX Export lebih powerfull buat dipakai. Kalau data sudah menjadi TCX bisa dianalisis sendiri dengan berbagai aplikasi. Bahkan informasi tentang software, hardware, jauh lebih detail diinformasikan di sini.
Tampilan
Watchface istilahnya. Yakni, model layout, skin atau apalah nama lainnya buat tampilan di jamnya. Yang paling asyik dari Amazfit BIP ada buanyaaak banget yang tersedia tinggal dipakai.
Atau bisa juga bikin sendiri, seperti yang aku lakukan. Karena yang tersedia, ada aja yang kurang sesuai.
Tutorial cara bikinnya gak usah lah ya, mungkin di youtube sudah banyak. Btw, ini setelah dipasang di smartwatch (foto ini diambil lagi nyoba-nyoba bumper, tapi gak pas masangnya):
Aspek watchface yang ditekankan di sini adalah:
- kejelasan informasi
- bahasa lokal (Indonesia)
- font yang tegas, tidak lebay
- warna berkarakter sesuai event nya (hari)
- kelengkapan data
- progress bar
- layout yang minimalis
Kalau mau nyoba watchface ku ini, bisa di download di Google Drive.
Pengalaman Pakai
Meminang Amazfit BIP tujuan di awal adalah untuk membantu semangati diri biar mau gerak. Fitur deteksi steps, mengukur diri biar mau berjalan tidak di depan laptop coding melulu. Dengan target harian 10.000 langkah.
Dulu, sebelum pakai smartwatch, saya menggunakan aplikasi Samsung Health. Sedangkan untuk running, pakai aplikasi Endomondo.
Smartwatch dirasa jauh lebih efektif dipergunakan, tidak harus membuka aplikasi/pakai handphone. Bahkan juga bisa mengingatkan, bergetar-getar jika sekian waktu masih duduk saja tidak bergerak. Ini sangat bermanfaat.
Kemudian, di bulan Juli 2019, keinginan diet (menurunkan berat badan) sangat tinggi. Akhirnya berubahlah menjadi alat tracking sport yang dipergunakan secara terus menerus. Memperhatikan pendapatan kalori, menganalisa faktor apa saja yang bikin kalori terbakar cepat, dan seterusnya. Pada akhirnya, jadi kebiasaan dan hobi yang sampai sekarang tidak bisa berhenti karena menikmatinya. Ya, berlari.. alias running. Mungkin dilain tulisan aja, hehe.
Sekitar pertengahan November 2019, Amazfit BIP saya coba pakai untuk tracking hiking. Yakni pendakian di Gunung Gede via Putri. Namun, ternyata lewat pos 2 sudah sulit mendapatkan GPS. Alhasil, tracking terhenti di dekat pos 3.. diamati terus sampai puncak tetap gak bisa berfungsi. Males melanjutkan (nyoba-nyoba) lagi biar bisa dipakai saat itu, alhasil hanya berfungsi sebagai jam tangan biasa. Dari sini, saya paham banyak hal.
Selebihnya, Amazfit BIP aku fokuskan buat workout (running dan cycling). Sementara buat workout indoor rasanya ngacau sekali. Buat berenang? Gak berani mencoba. Karena pas dipakai wudlu, berasa build produknya kurang mantap.
Beberapakali kebentur, baik dinding atau pepohonan. Aman dari scratch, karena dipasangi anti gores. Antigores dipasaran terbilang cukup mahal, karena sering buram akhirnya pakai antigores DIY, yakni isolasi bening buat gantiin hehe.
Plus Minus
Akan diurai satu per satu, menurut pengalaman pribadi. Namun, secara umum plus kadang bisa dianggap minus. Demikian juga, kadang yang minus malah jadi sisi positifnya.
Misalnya dalam hal resolusi layar yang tergolong kecil. Minus nya, tampilannya jadi kasar. Tapi plus nya jadi bisa menghemat baterai.
Panjang x lebar untuk ini akan saya uraikan, karena memang yang dirasakan.
Positif
Agak susah juga menguraikan, tapi semoga bisa mengerti. Kalau gak, tanyakan saja. InsyaAllah, bisa kubantu jelaskan di komentar nanti. Biar ga keblanjur kalau ada niat meminangnya jatuhnya diluar ekspektasi nantinya hehe..
- harga jam murah, sangat worthed best value (asal bukan buat pengguna serius/profesional)
- tampilan bagus, buat gaya juga oke. meski tak sebagus adik-adiknya (GTS/GTR)
- aksesoris banyak dan murah (strap, bumper, anti gores, dll). Aksesoris GTS bisa dipakai.
- bobot ringan, ga gitu berasa kalau lagi dipakai.
- enak dipakai 24 jam, tidur atau kerja. Efek ringan, ga berasa.
- batrenya super duper awet alias badaaak bercula 4 padahal ukurannya mungil. Bisa dibilang ngecharge sebulan sekali, atau setahun 12x
- Mode jam biasa sampe 45 hari!! mode workout GPS on, kira-kira 8 sd 10 jam lah. Jadi klo sering workout, biasanya jadi 2 minggu sekali. Tetep badak!
- watchface nya banyak banget nget, bagus bagus pula!
- custom watchfatch juga oke, meski agak ribet. Tapi nilai plus karena bisa dibikin sendiri.
- ukuran kecil, yang selera size kecil jadi suka banget. Ga cocok buat yang menganggap kekecilan. Aku suka jam kecil hehe
- akurasi steps nya termasuk tinggi, margin errornya terbilang rendah
- Analisis aplikasi mi fit nya termasuk detail, dari workout sampai analisis kesehatan.
- Koneksi aplikasi untuk workout nya sudah support sync ke strava
- Sementara untuk step support sync google fit
- mode workout termasuk lengkap (running, cycle, walking, de el el)
- termasuk kaya fitur, step goal, sleep monitoring, wrist HR, banyak mode sport, getar-getar kalau kebanyakan duduk, de el el
- ada kompas, meski sesekali perlu kalibrasi ulang. Tapi jangan harap untuk barometer atau altimeter, meski dibeberapa reviewer bilang ada. Itu bukan hardware, lebih ke software macam prakiraan cuaca yang diambil datanya dari server internet.
- jam nyala terus, ga mati. Hmm maksudnya tampilannya ya, bukan sleep. Beda sama beberapa smartwatch yg mati, baru nyala/terlihat kalau ditekan atau digoyang dilihat. Ini bukan fitur AOD, hanya jenis layarnya aja.
- kena cahaya matahari, jam masih cukup terlihat. sering aku pakai buat workout di luar lapangan, masih terasa nyaman
- apps mifit/amazfit nya support timbangan berat badan atau beberapa hardware lain, yang dikombinasi buat komparasi pengukuran kesehatan. Cucok buat yang care dengan diri sendiri hehe..
Negatif
- pertama pakai harus konek ke handphone untuk setup
- cara ngecharge nya kurang nyaman, harus dicolok pakai docking. Kalau dipakaiin full cover, harus lepas dulu covernya. Malah, kadang harus lepas strap nya sekalian untuk jenis / kondisi tertentu.
- Gak ada menu reboot manual. Reboot hanya bisa dilakukan otomatis saat update firmware. Kalau pas dirasa macet, atau lemot, ga ada pilihan.. selain menunggu dan menunggu.
- Gak ada custom workout atau multi sport
- Gak bisa ngecek Hart Rate (HR) secara independent seperti amazfit gts atau smatwatch lainnya. Harus lewat mode workoutnya. Entah klo di firmware baru diupdate.
- Update GPS yang gak jelas waktunya, gak bisa dilakukan sendiri sewaktu-waktu. Dan gak bisa dipaksa update.
- Saat update GPS lamaaa.. pas mo workout, tiba-tiba dapat update GPS, nungguin ini bikin boring.
- Update firmware tanpa konfirmasi, pas lagi butuh kepake tiba-tiba update.. Ini juga sama, bisa langsung stres, apalagi waktu updatenya cukup lama dan pengen segera caw..
- kaca jam yang tipis, gak kokoh. kena tekanan rusak. Bukan sekali tekan, tapi kena beberapa kali karena intensitas pemakaian ala saya. Baca diakhir tulisan.
- Penguncian signal GPS nya lama, pas mau dipake nunggu dulu bisa habis 1-2 lagu klo lagi ga hoki :-D
- Sistem log nya GPS nya hasilnya dipaksa dengan finishing smooth, keluar jalanan beberapa ratus meter gak kedetek, di log dianggap masih ikuti jalur jalan. Kemungkinan ini rate time log nya terlalu lama.
- GPS nya, tebakanku bukanlah hardware beneran, melainkan cuma aGPS (seperti di handphone pada umumnya), sehingga kalau dibawa ke gunung ilang signal / tower BTS ga ada, GPS juga ikutan ilang. alhasil, tracking gak jalan.
- log pada tracking aplikasi mi fit vs strava dengan hasil yang sedikit berbeda. Strava lebih cepat pacenya. Ini terjadi karena perbedaan metode perhitungan. Tapi, jadi ngira-ngira jarak yang real berapa buat ngepasin event.
- build quality sangat kurang meyakinkan, rentan scrath pada layar, ga tahan benturan, dll
- kayarnya agak burem, beda ma GTS yang kinclong (GTS amoled gitu loch)
- anti airnya meragukan, sering saya pakai buat wudlu malah was-was, gimana dipake berenang. hanya cocok buat lawan keringat atau splash aja, tapi jangan sering2 hehe..
- gak bisa custom script misal untuk membuat virtual pacer atau ghost runner, atau bikin interval training. Halah, ini kayaknya berlebihan mintanya haha..
- gak bisa custom menu/display saat workout, misalnya mengubah tampilan saat running ditambahkan average pace, atau lainnya. Memang bukan fokus di sport kayaknya hehe..
- Gak bisa disambungkan dengan hardware lain semacam POD foot atau bike, jadi jangan ngarep buat gowes akan mendapatkan data teknis yang mantap. Eh, btw, amazfit ada ga ya produknya yg support POD?
- Di aplikasi mi fit hanya sync ke google fit dan amazfit ke strava, ga bisa ke endomondo, runalayze, atau export gpx/tcx. Baca: minim konektivitas.
- Harus pakai aplikasi pihak ke 3 biar bisa export gpx/tcx, atau pakai aplikasi mifit modif.
- Ga bisa buat control musik, harus pakai aplikasi pihak ketiga.
- Ga bisa dianalisis hasil workoutnya via web, hanya via di apps aja. Ini lumayan ngeselin :-D
- Jangan ngarep bisa dipake workout swimming, apalagi diving deh, meski ada mode workoutnya atau di claim anti air.
- tampilan di apps mifit/amazfit simple, tapi ga intuitif (ga mudah dipahami), buat buka log workout aja sampe beberapa langkah klik, sampai pada gak tau ada menunya buat orang awalan (semoga nanti diupdate ma developernya).
- app mi fit hanya support friend. Tapi gak support komunitas maupun feed news, chalenge, training, dll.
- app mi fit ga ada chalenge yang menarik, serasa hidup sendirian :-D
- amazfit vs mi fit, kadang versinya ga balance akhirnya bisa saling timpa update gak selesai-selesai
- deteksi tidurnya hanya buat malam hari, itu juga template jam2 tidur. Bukan kayak deteksi tidur beneran.
- apalagi ya .. lupa, tapi di atas udah banyak banget kayaknya haha.
So, Worth it?
Buat happy hore, iya. Sangat. Malah mendingan ini, apabila dibandikan jenis produk band-band. Karena sudah built in GPS ga perlu lagi buka aplikasi untuk bantuan GPS. Secara look, juga lebih berkelas. Jam beneran, bukan gelang gitu loch.
Selain itu, aksesorisnya yang banyak dan murah gak bikin cepat bosan. Gonta-ganti strap dikombinasikan dengan bumper, serasa punya banyak jam bergaya. Mau tampil kalem bak orang kantoran bisa, tampil sporty bisa, buat girl bisa, atau tampil gaya alay juga masuk.
Final
Seperti yang diulas di atas, minus yang kena diaku (atau penyakitnya smartwatch xiaomi/amazfit) adalah kekuatan layarnya. Menurutku Amazfit BIP ini paling ringkih kekuatan daya tahannya. Pas di sentuh dengan tekanan biasa aja, suka berdenyut-denyut seperti gelombang air. Apalagi kalau kena tekanan yang kuat.
Terakhir pakai di bulan Desember 2019, tahun lalu. Kondisi layar udah … putih-putih (dead pixel). Kabarnya gak sendirian yang mengalaminya, di forum xda juga ada. Di youtube pun juga ada. Emang penyakitnya kayaknya. Sayangnya, tidak ada cara buat benerin. Termasuk susah untuk sparepartnya. Kalau pun ada, rasanya juga cost nya mahal.
Pernah sekali waktu tetap aku pakai, buat tracking menggunakan aplikasi Mi Fit dan terkoneksi dengan Amazfit BIP untuk mendapatkan data heart rate nya. Hasilnya, ngacau sekali pada layar map lompat-lompat, jarak tidak akurat, dan segala macam lainnya. Banyak faktor, tapi sudah malas dianalisa lagi.
Januari 2020, Amazfit BIP lemnya sudah tidak rekat. Layarnya dengan mudah membuka sendiri tanpa ada paksaan. Aku rasa, itulah akhir dari ceritanya. Aksesorisnya aku hibahkan, namun box, charger dan fisik jamnya masih tersimpan.
Last Words
Saya sangat menyukai Amazfit BIP, terutama karena kecil, ringan, baterainya badak, dan banyak fitur (meski fiturnya kurang serius).
Cukup berkesan, karena ini adalah smartwatch pertama yang aku punya. Setelah wafat, ada niatan ambil Amazfit GTS, tapi setelah dipikir-pikir kenapa gak ambil smartwatch yang serius memang diperuntukkan buat sport. Secara harganya sudah sama-sama mahal. Alhasil, pindah brand buat ini.
Ada pengguna Amazfit BIP juga sampai cinta terakhir? Komentar dunk dibawah 😃